Fenomena unik terjadi dalam rangkaian demonstrasi yang digerakkan generasi muda di berbagai negara. Setelah sebelumnya viral di Indonesia, di mana massa aksi kerap membentangkan bendera bergambar tengkorak khas anime One Piece sebagai simbol perlawanan, kini hal serupa juga terlihat dalam aksi Gen Z di Nepal dan Prancis.
Di Kathmandu, Nepal, ratusan mahasiswa turun ke jalan menuntut reformasi pendidikan dan transparansi pemerintahan. Di tengah kerumunan, sejumlah bendera bergambar Jolly Roger milik kru Topi Jerami dari serial One Piece berkibar di udara. Simbol tersebut sontak menarik perhatian media lokal karena dinilai mewakili semangat kebebasan dan solidaritas anak muda.
Sementara itu, di Paris, aksi protes besar-besaran yang digerakkan kelompok mahasiswa dan pekerja muda menyoroti isu ekonomi serta kebijakan iklim pemerintah. Sejumlah demonstran terlihat membentangkan poster hingga bendera One Piece. Salah satu aktivis bahkan menyebut penggunaan simbol itu terinspirasi langsung dari aksi Gen Z Indonesia yang sempat viral beberapa bulan lalu.
“Bendera One Piece bukan sekadar gambar anime, tapi tanda bahwa generasi muda di seluruh dunia terhubung lewat budaya populer. Kami melihat apa yang terjadi di Indonesia, dan itu memberi kami inspirasi,” ujar seorang demonstran di Prancis dalam wawancara dengan media setempat.
Fenomena ini menunjukkan bahwa budaya populer, terutama anime dan manga Jepang, kini tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga simbol perlawanan dan solidaritas global. Generasi muda menggunakan ikon budaya yang mereka kenal untuk menyuarakan tuntutan serius, mulai dari isu pendidikan hingga perubahan iklim.
Di Indonesia sendiri, penggunaan bendera One Piece dalam aksi demonstrasi sempat menuai perhatian luas. Banyak yang menilai simbol tersebut menggambarkan semangat persahabatan dan keberanian menghadapi ketidakadilan, sebagaimana yang ditampilkan dalam cerita manga populer karya Eiichiro Oda itu.
Dengan munculnya fenomena serupa di Nepal dan Prancis, bisa jadi tren ini akan terus menyebar ke negara lain. Dunia pun kini menyaksikan bagaimana ikon budaya populer mampu menjadi bahasa universal dalam menyuarakan perubahan. (CGBT)

